Halo agan dan sista…..SELAMAT PAGI SEMUANYA…. :)
masih pada semangat kan pada pagi hari ini saya ingin membahas perihal
kemandirian ekonomi bangsa sebuah topik yang luas dan mencangkup seluruh aspek
namun perlu agan dan sista ketahui topik ini sangat perlu kita bahas secara
spesifik dan struktur.
Seperti yang agan dan sista ketahui pertumbuhan
ekonomi Indonesia saat ini yang dilansir oleh pak presiden Susilo Bambang
Yudhoyono sebagai berikut “"Alhamdulillah ekonomi Indonesia, oleh World
Bank, ditetapkan sebagai ekonomi nomor sepuluh di dunia," kata SBY saat
meresmikan Rajawali Televisi di Jakarta Convention Center, Sabtu, 3 Mei 2014.
Menurut SBY, peringkat ekonomi Indonesia tahun
ini berada di bawah sembilan negara, yakni Amerika
Serikat, Cina, India, Jepang, Jerman, Rusia, Brasil, Prancis, dan Inggris.
"Tentu ini awal yang baik," ujar mantan Menteri Koordinator Politik,
Hukum, dan Keamanan ini.
Namun, dia menambahkan, jalan Indonesia untuk menjadi negara maju masih panjang. "Masih banyak yang harus kita benahi, masih banyak permasalahan yang harus kita atasi, di sana-sini masih ada kekurangan kita," ucap SBY ( sumber : http://www.tempo.co/read/news/2014/05/04/087575194/Peringkat-Ekonomi-Indonesia-Masuk 10-Besar-Dunia )
Namun, dia menambahkan, jalan Indonesia untuk menjadi negara maju masih panjang. "Masih banyak yang harus kita benahi, masih banyak permasalahan yang harus kita atasi, di sana-sini masih ada kekurangan kita," ucap SBY ( sumber : http://www.tempo.co/read/news/2014/05/04/087575194/Peringkat-Ekonomi-Indonesia-Masuk 10-Besar-Dunia )
Menurut pak sby dalam acara peresmian stasiun
rajawali televisi saat di singgung perihal permasalahan ekonomi indonesia Pak
Susilo Bambang Yodhoyono berkata segala permasalahan ini bisa diatasi jika
semua elemen bangsa memiliki sikap optimistis. "Kalau di antara kita
mengatakan, 'Ah, mana bisa Indonesia?' Ubahlah sikap dan pemikiran itu, insya
Allah Indonesia bisa," kata SBY.
Nah berdasarkan pemberitaan diatas saya tertarik
untuk mengulas perkembangan ekonomi Indonesia pada tahun 2014 ini. Seperti yang
agan dan sista ketahui Tujuan akhir suatu Negara yaitu dapat memiliki
perekonomian yang stabil dan tumbuh secara berkelanjutan yaitu merupakan bagian dari hasil atas segala kebijakan
baik fiskal, moneter, maupun struktural di setiap negara.
Sebuah pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan
dan berkembang secara signifikan sering dikaitkan dengan kondisi yang mampu
menciptakan nilai tambah bagi suatu bangsa atas perkembangan bangsa di kancah internasional.
Seperti yang kita ketahui faktor – faktor kemajuan
tersebut sangat erat hubungannya dengan karakter dan jati diri suatu bangsa
untuk memiliki bargaining position yang kuat di kancah dunia internasional. Sebuah
Negara agar mendapatkan bargaining position tersebut salah satunya dapat
diperoleh dengan jalan kemandirian ekonomi yang telah dianut oleh Negara kita.
Dalam salah satu diskusi, pengamat ekonomi dari
Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) dan Komisaris
Independen Bank Rakyat Indonesia (BRI) Avilliani SE, Msi mengatakan bahwa suatu
bangsa dapat dikatakan memiliki jati diri dan karakter yang kuat apabila
memiliki kemandirian ekonomi. Kemandirian ekonomi sendiri diartikan sebagai
sebuah kondisi bangsa untuk memiliki ketahanan ekonomi terhadap berbagai macam
krisis dan tidak bergantung pada negara lain.
Pernyataan tersebut disampaikan oleh Aviliani
dalam Dialog Publik Penguatan Ketahanan Sosial Masyarakat Menghadapi Tantangan
yang digelar atas kerjasama UIN Jakarta dan Kementerian Komunikasi dan
Informatika di Auditorium Utama, Selasa, (30/3). Hadir dalam kesempatan
tersebut, Rektor Prof Dr Komaruddin Hidayat, Kepala Badan Informasi Publik
Kementrian Komunikasi dan Informasi (BIP Kominfo) Drs Freddy H Tulung MUA, dan
dosen Departemen Filsafat Universitas Indonesia (UI) Dr Donny Gahral Adian.
Menurut Aviliani, Indonesia memiliki banyak
potensi yang harus dikembangkan untuk menggerakkan perekonomian nasional, baik
Sumber Daya Alam (SDA) maupun SDM. “Apabila potensi yang ada ini
dioptimalkan, saya yakin kita bisa lebih maju dari sekarang dan mandiri secara
ekonomi. Pasar kita luar biasa mencapai 200 juta jiwa lebih,” tandasnya.
Di bidang SDA, Aviliani berucap bahwa Indonesia
unggul di bidang agroindustri dan sektor riil. Namun, ia menyayangkan rendahnya
political will baik dari pemerintah pusat maupun daerah. Padahal,
pertanian menjadi penyedia lapangan kerja terbesar, mencakup 40 persen dari
total angkatan kerja. “Di sisi lain, daya saing produk kita sangat lemah. Kita
hanya mengekspor barang mentah dan mengimpor barang setengah jadi. Di sini kita
seolah-olah tidak memiliki identitas. Kita hanya dijadikan pasar negara maju,”
terangnya.
Ibu Aviliani ini menambahkan, jati diri bangsa
Indonesia sedikit terangkat karena berhasil melewati krisis ekonomi global
dengan baik serta sejajar dengan RRC dan India melalui pertumbuhan ekonomi yang
positif.
“Setidaknya ada dua alasan utama kita sukses
melewati krisis. Masyarakat Indonesia masih menyisihkan sebagian uangnya untuk
menabung di bank, dan 80 persen ekonomi kita berada di sektor riil. Berbanding
terbalik dengan negara maju yang berkutat pada kredit dan mekanisme pasar,”
ujarnya.
Namun, Aviliani memperingatkan jika ekonomi Indonesia
berada dalam bubble economy. Semakin lama, mekanisme pasar semakin
berlaku. Pasar uang sedang menggeliat. IHSG Indonesia berada di nomor dua di
dunia setelah China. Sektor ekonomi unggulan sebagian besar dikuasai asing
termasuk perbankan. “Jika dibiarkan, bubble economy ini akan pecah dan
kita bisa terpuruk lagi seperti krisis 1998,” imbuhnya.
Untuk meningkatkan jati diri dan kemandirian
ekonomi bangsa, Aviliani memberikan tiga solusi agar ekonomi bangsa Indonesia
lebih maju. Tiga solusi itu adalah efisiensi, ekspansi, dan penetrasi pasar.
“Uang APBN dan APBD harus dikeluarkan dengan prinsip efisiensi, perusahaan BUMN
harus melakukan ekspansi pada sektor strategis dan menasionalisasi seperti
migas serahkan saja ke Pertamina. BUMN dan swasta lokal harus melakukan
penetrasi pasar agar pasar kita tidak direbut negara lain,” katanya
Dalam pemaparan yang di jelaskan oleh ibu
Aviliani yang merupakan pengamat ekonomi dari Institute for Development of
Economics and Finance (INDEF) dan Komisaris Independen Bank Rakyat Indonesia
(BRI) Penting untuk dicatat dalam konteks tidak bergantung kepada negara lain
bukan berarti sebuah statement yang menunjukkan anti-asing.
Sebuah sikap kemandirian dipandang sebagai sebuah
langkah untuk menciptakan perekonomian yang tahan terhadap krisis dan mampu
untuk meredam goncangan perekonomian global, serta menciptakan kondisi ekonomi
yang saling tidak bergantung sepenuhnya pada negara lain.
Dimana dalam pernyataan ibu Aviliani sebagai
berikut “Namun, Aviliani memperingatkan jika ekonomi Indonesia berada dalam bubble
economy. Semakin lama, mekanisme pasar semakin berlaku. Pasar uang sedang
menggeliat. IHSG Indonesia berada di nomor dua di dunia setelah China. Sektor
ekonomi unggulan sebagian besar dikuasai asing termasuk perbankan. “Jika
dibiarkan, bubble economy ini akan pecah dan kita bisa terpuruk lagi
seperti krisis 1998,” imbuhnya.”
Dimana sudah diketahui oleh public dimana sector
– sector ekonomi unggulan di Indonesia telah dikuasai oleh Pihak Asing termasuk
dalam sector perbankan. Dan keadaan ekonomi Indonesia saat ini dalam keadaan
bubble economy dan apabila keadaan ekonomi ini kembali pecah seperti di tahun
1998 dimana para investor asing menarik dana investasinya yang dimana
mengakibatkan perekonomian Indonesia mengalami kemunduran dan pada akhirnya
terjadi krisis ekonomi dan kerusuhan dimana-mana.
Maka penulis melemparkan pertanyaan kepada para
agan dan sista yaitu : APAKAH AGAN DAN SISTA MENGINIGINKAN KEJADIAN TERSEBUT
TERULANG KEMBALI ???
Apabila agan dan sista menjawab tidak ingin
terjadi kembali keadaan ekonomi tersebut maka hal yang perlu dilakukan saat ini
adalah kemandirian ekonomi nasional secara menyeluruh. mengingat selama Negara Indonesia
ini berdiri belum menunjukkan adanya transformasi ekonomi secara struktural. Tak
hanya itu, dapat kita lihat pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mampu tumbuh
diatas rata rata global dianggap sebagai momentum yang tepat guna menciptakan
kemandirian ekonomi.
Profesor Sarbini Sumawinata (1983), berkata :
”Sejarah ekonomi kita adalah sejarah tanpa
perubahan.” Pernyataan demikian memang sangat satir dan terkesan hiperbolis.
Namun, apabila dikaji secara mendalam, perkembangan perekonomian Indonesia
sejak kemerdekaan hingga reformasi saat ini belum menunjukkan perubahan yang
berarti.
Menelisik pernyataan Profesor Sarbini Sumawinata diatas
maka dapat kita ambil kesimpulan bahwa
sejarah pertumbuhan ekonomi kita berjalan dengan statis, dan belum terdapat
perubahaan yang berarti atau dapat kita sebut pertumbuhan ekonomi kita berjalan
dengan sangat dinamis. Dan seperti agan dan sista ketahui beberapa kali Negara
kita melalui gelombang dinamika sejarah perekonomian yaitu 3 kali mengalami
krisis ekonomi dimana Negara ini selalu kembali ke titik semula.
Kenapa saya mengatakan perekonomian Negara kita
ini kembali lagi ke titik semula. Karena saya tidak melihat ada perubahan yang
signifikan terhadap sistem ekonomi kita terutama agan dan sista dapat melihat pada pembangunan ekonomi yang berorientasi
pada kemakmuran rakyat banyak seperti yang tercantum pada pasal 33 UUD 1945 ayat 1 sd 5
Pembangunan ekonomi yang berbasiskan kemakmuran
rakyat kini mengalami penurunan terutama pada pasal 33 ayat 2 ; 3 & 4 yang berbunyikan
Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara
dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara.
Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung
didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar
atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan,
berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga
keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.
Dimana pada saat ini perkembangan ekonomi
nasional yang diselenggarakan berdasarkan atas demokrasi dengan prinsip
kebersamaan, efisien berkeadilan, berkelenajutan, berwawasan lingkungan,
kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi
nasional serta dimana harus memperhatiakan aspek cabang – cabang produksi yang
penting bagi Negara dan menguasai hajat hidup orang banyak yang dimaksud oleh
pasal diatas kini sepertinya tidak berlaku pada 3 periode pemerintahan karena
selama 3 periode pemerintahan seperti yang diketahui oleh agan dan sista telah
banyak Perusahaan BUMN yang telah dijual ke Pihak – pihak asing dan Pihak –
pihak swasta melalui sistem IPO (Initial Public Offering).
Salam Perubahan
Arief Tri Setiaji, S.E
Kajian
Pustaka :
Anoraga, Panji. (1995). BUMN, Swasta dan Koperasi : Tiga
Pelaku Ekonomi. Jakarta: PT Dunia Pustaka jaya.
Ceachern,
William A. (2001). Ekonomi Makro. Jakarta: PT Salemba Empat.
Moeljono,
Djokosantoso. (2004). Reinvesi BUMN.. Jakarta : PT Elex Media Komputindo
Musthofa, Chabib (2007). Diktat Mata Kuliah Studi
Pembangunan. Surabaya : IAIN Sunan Ampel Surabaya.
_____.
(2002). Penjualan PT Indosat. [Online]. Tersedia: http://www.gatra.com/2002-12-23/versi_cetak.php?id=23424
[1 November 2010].
0 komentar:
Post a Comment